Senin, 23 September 2019


Guru Pinggiran Kabupaten Malang Belajar STEAM dan HOTS di China


Nani Nurcahyani (pertama dari kiri) bersama Kepala Dirjen GTK, Dr. Praptono, M.Pd. (tengah)

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Pepatah ini benar-benar dialami Nani Nurcahyani, guru SMP Negeri 1 Tumpang, Kabupaten Malang. Bagai mendapat durian jatuh, perempuan 35 tahun ini terpilih menjadi peserta Pelatihan Guru ke Luar Negeri di Republik Rakyat China yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd. adalah guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tumpang. Perempuan ini mendapat kesempatan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru ke Luar Negeri di Republik Rakyat China yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peserta diklat berjumlah 50 guru berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia dan 2 staf GTK. Nani sendiri terpilih setelah menjadi Juara II Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) Tingkat Nasional Tahun 2018. Diklat ini dilaksanakan pada 3-24 Maret 2019 berpusat di China University of Mining and Technology (CUMT) yang berada di Kota Xuzhou Provinsi Jiangsu.
Materi yang didapatkan di diklat tersebut adalah STEM (Science Technology Enginering Mathematic) dan HOTS (High Order Thinking Skills). Jika di Indonesia sedang ‘booming’ tentang STEM, China sudah lama mengaplikasikannya, bahkan menambah satu unsur lagi yaitu “A” menjadi STEAM (Science Technology Enginering Art Mathematic). Unsur ‘Art’ juga diprioritaskan dalam pembelajaran di China. Bagaimana mereka mengajar tidak hanya dengan berbagai kecanggihan IT, tetapi juga dengan seni, baik seni mengajar, berkarya, membuat produk, dan lain sebagainya.  Tak hanya itu, Pemerintah China juga memberikan gambaran kemajuan pendidikan di China, baik kurikulum maupun inovasi di sana.
Pendidikan STEAM di China mencakup mata pelajaran, seni, robotik, edukasi kreatif, dan pendidikan karakter. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat di China memudahkan pemerintah China untuk mengaplikasikan pembelajaran berbasis STEAM. Pembelajaran STEAM tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan pada ranah sains, teknologi, engineering, dan matematika saja, tetapi juga pada pemanfaatan ilmu tersebut sebagai basis pembelajaran dan pengembangan potensi siswa sehingga hardskill dan softkillnya  seimbang. Selain STEAM, penerapan HOTS  tidak hanya sekadar berpikir, tetapi juga belajar tentang proses berpikir tingkat tinggi dan kreatif.
Saya tidak hanya mendapatkan STEAM dan HOTS saja, ada hal yang begitu menonjol dari pendidikan di China yaitu pendidikan karakter. 
Selain kegiatan di kampus CUMT, peserta diklat juga diajak visitasi ke sekolah, kampus, perusahan robotik, dan pusat kebudayaan di China. Sekolah yang dikunjungi merupakan sekolah unggulan, seperti SD Wang Jie dan SMP Afiliasi CUMT. Kampus yang dikunjungi tidak hanya CUMt, tetapi ada Jiangsu Vocational Institute of Architecture Technology, Nanhu Campus, dan Mining Science Center. Perusahaan Robot IUIA yang dikunjungi bekerja sama dengan semua sekolah di Provinsi Jiangsu dalam membina ekstrakurikuler robotik. Sementara itu tempat wisata yang dieksplore di antaranya Forbidden City, Ziwey Academy,  Oldtown Park, Confusious Cultural Park, Danlong Lake, Yunlong Lake, Pagoda, dan The Great Wall.
Saya bangga karena disambut dengan upacara jamuan minum teh terbaik di China, layaknya menjamu Presiden Obama.
Siswa di China sangat mandiri, kompetitif, dan adaptif. Pendidikan karakter ditanamkan sejak kelas 1-3 SD dan hasilnya betul-betul dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari, mulai dating ontime, antre naik bus, meletakkan barang, dan berbagai karakter baik lainnya. Kurikulum yang diimplementasikan di sana disesuaikan dengan minat, bakat, dan kondisi siswa. Banyak hal yang dapat dipelajari dan diterapkan di Indonesia. Jika China bisa, kenapa kita tidak? Satu pertanyaan yang bisa kita jawab jika kita ‘mau’ berubah menuju pendidikan yang berkualitas.
Saya sangat bangga bisa mewakili Kabupaten Malang. Meskipun saya guru pinggiran, saya bisa membuktikan bahwa guru pinggiran juga mampu berprestasi di tingkat nasional.
Tantangan pembelajaran abad 21 yang kini sedang didengung-dengungkan menjadi cambuk bagi perempuan satu ini untuk terus berprestasi. Keterampilan yang harus dikuasai siswa yaitu 4C (Critical Thinking, Creative, Communicative, Collaborative). Untuk menjawab tantangan tersebut, Nani menciptakan media pembelajaran “Komik Pelangi” yang dapat diunduh di google playstore. Ada beberapa prestasi yang sudah diraihnya, di antaranya juara II Inobel Tingkat Nasional Tahun 2018, Juara 1 Olimpiade Guru Nasional (OGN) tingkat provinsi, serta finalis OGN tingkat nasional tahun 2018. Pada peringatan Hardiknas 2 Mei lalu, dia mendapatkan penghargaan dari Bupati Malang di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
“Guru Mulia Karena Karya”, kalimat Anies Baswedan ini membuat saya tersadar bahwa guru harus mempunyai karya yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia. Guru Indonesia wajib menjadi agen perubahan.






  

















Minggu, 22 September 2019


Malang, 2 Juni 2019

Heboh Zonasi, Orang Tua Siswa Ingin Dirikan Sekolah Baru


Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd.
Operator dan Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tumpang

Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa ini nampaknya cocok dengan kekecewaan orang tua terhadap sistem zonasi dalam seleksi PPDB tingkat SMP di Kabupaten Malang. Mereka protes ke dinas pendidikan dan ingin mendirikan sekolah baru di daerahnya karena tempat tinggal mereka masuk zona/ring 3 dengan SMP Negeri manapun dan kemungkinan diterima di sekolah negeri favorit kandas. Sistem zonasi pada pelaksanaan PPDB tingkat SMP di Kabupaten Malang dilaksanakan 20-22 Mei 2019 lalu.

Pelaksanaan PPDB SMP tahun 2019 sistem zonasi perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan nilai Ujian Nasional (UN) dan tes masuk SMP untuk zona 2 dan 3, serta untuk zona 1 tanpa nilai.  Sistem zonasi memang perlu dilakukan untuk menampung siswa SD yang berdomisili di desa tersebut dan memaksimalkan potensi wilayah setempat.
Sistem zonasi sendiri menimbulkan permasalahan di kalangan orang tua siswa. Mereka kecewa terhadap pelaksanaan PPDB yang lebih mengutamakan domisili di Kartu Keluarga (KK) dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah tujuan. mereka merasa diperlakukan tidak adil karena tempat tinggal mereka masuk zona 3 dari SMP negeri manapun. Contohnya, mereka yang tinggal di daerah Mangliawan, Pakis, masuk zona 3 dari SMPN 1 Tumpang dan SMPN 1 Pakis. Padahal siswa SD yang mendaftar di SMPN 1 Tumpang yang merupakan sekolah unggulan di wilayah Kabupaten Malang sebelah timur cukup banyak.
Orang tua siswa yang tidak diterima karena alasan daerahnya masuk zona 3 protes ke dinas pendidikan dan ingin mendirikan sekolah baru. Mereka mengeluh karena mau masuk SMP negeri favorit di Kabupaten Malang tidak bisa, ke Kota Malang juga tidak bisa. Mereka ingin sistem PPDB tetap seperti tahun lalu. Zonasi tidak masalah, tetapi nilai juga harus diperhitungkan. Mereka merasa nilai anak mereka bagus dan layak masuk sekolah unggulan. Tapi apalah daya, jika hanya KK dan jarak yang menjadi landasan siswa diterima di sekolah tujuan.
Dampak sistem zonasi betul-betul dirasakan oleh orang tua yang berada di zona 3. Mau masuk sekolah favorit tidak bisa padahal siswa-siswa tersebut peringkat di SD masing-masing. Bahkan beberapa di antara mereka memang bercita-cita masuk sekolah unggulan, tetapi terkendala zonasi. Mereka sudah belajar mati-matian bahkan masuk bimbingan belajar ternama agar lolos masuk SMPN unggulan. Apalah daya tangan tak sampai.
Pelaksanaan PPDB di kabupaten Malang betul-betul dipersiapkan dengan matang. Di SMPN 1 Tumpang menyiapkan 4 operator PPDB, yaitu Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd., Nanang Wibowo, S.Pd., M. Ariantoko, S.Kom., dan Lutfiatur Rohmah, S.Kom. Empat hari sebelum pelaksanaan PPDB, keempat operator dilatih khusus untuk menghindari kesalahan menginput data dan mencocokkan GPS tempat tinggal calon pendaftar. PPDB ada 3 jalur yaitu zonasi, prestasi, dan perpindahan orang tua. Jalur zonasi dan perpindahan orang tua dilaksanakan pada 20-22 Mei 2019 dan prestasi pada 6-9 Mei 2019.
Khusus di SMPN 1 Tumpang disiapkan monitor bolak-balik agar data yang diinput operator juga bisa dilihat oleh calon pendaftar. Upaya tersebut untuk mengantisipasi kesalahan input data. Hal-hal lucu juga terjadi selama proses penginputan data. Ada orang tua dan anak berdebat menentukan letak rumahnya, ada yang tidak tahu itu rumahnya apa bukan, macam-macamlah. Ada banyak cara yang bisa dilalukan agar rumah mereka terindikasi dekat dengan sekolah karena masuk zona 3. Operator khan tidak tahu, apakah rumah yang ditunjuk itu betul-betul rumah mereka atau bukan. Ketika menampilkan GPS rumah mereka, operator berusaha sebisa mungkin tidak merugikan calon daftar karena jarak sangat diperhitungkan. Alamat rumah yang tertera di KK warga Kabupaten Malang, mungkin tidak sedetail Kota Malang. Rata-rata di KK hanya tertulis desa dan RT/RW, jarang sekali yang ada nama jalan. Anehnya, ketika operator mencoba memasukkan alamat calon pendaftar yang ada nama jalannya malah terbaca di daerah lain. Contoh ketika operator memasukkan Jalan Diponegoro, malah yang terbaca GPS bukan di wilayah Tumpang, melainkan Jalan Diponegoro Kota Surabaya. Intinya operator harus berhati-hati.
Waktu pendaftaran juga menentukan nomor antrean, sehingga ada calon pendaftar yang datang pukul 05.30 WIB supaya dapat nomor awal katanya. Hari pertama ada 410 formulir ludes. Alhasil operator harus kerja lembur memasukkan data mulai pukul 08.00 WIB dan diakhiri pukul 24.00 WIB. Itu saja data yang terinput baru 245 formulir, sisanya dilanjutkan hari kedua. Hari kedua ada tambahan 40 formulir yang masuk. Total 450 formulir keluar, padahal pagu SMPN 1 Tumpang 286 siswa. Lebih kurang 160 siswa harus rela tidak diterima. Pengumuman tanggal 24 Mei 2019 terjadi hujan tangis calon pendaftar yang tidak diterima di lapangan SMPN 1 Tumpang.
Pelaksanaan PPDB sistem zonasi memang perlu dikaji ulang supaya tidak merugikan orang tua siswa. Sistem zonasi terkesan bahwa anak sekadar sekolah. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkualitas tidak menjadi daya Tarik lagi. Padahal Kurikulum 2013 berlatar belakang pada keinginan memberi hadiah Indonesia Jaya pada seabad kemerdekaan tahun 2045.

#Artikel Zonasi ini telah diterbitkan di Jawa Post, Radar Malang tertanggal 2 Juni 2019
#Ayo Menulis












Minggu, 15 September 2019

Jurus Jitu Meraih Juara Inobel


Jurus Jitu Meraih Juara Inobel

Dag... Dig... Dug...
Kudengar detak jantung para finalis Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) Pendidikan Dasar Tahun 2019 tak henti-hentinya berdebar-debar dan hampir meledak sepertinya. Setelah hampir sebulan menunggu dengan rasa galau tingkat dewa, akhirnya artis Kesharlindung, Mas Dakroni, mengumumkan juga peserta yang lolos final Inobel 2019, baik guru SD maupun SMP. 
Saya ucapkan selamat kepada guru-guru hebat se-Indonesia yang lolos final Inobel 2019. 
       Flashback bentar ya... 
      Perasaan yang sama juga pernah saya rasakan setahun yang lalu. Hati dan pikiran tak tentu arah, terombang-ambing di samudera (hihihi.. hiperbola dikit, maklum guru bahasa).  Ternyata sudah setahun, pengalaman berharga itu kualami. Masih kuingat kala itu, juri memberondongiku dengan pertanyaan mahadasyat. Ini kali kedua, aku mengikuti lomba tingkat nasional, empat bulan sebelumnya lolos final Olimpiade Guru Nasional (OGN) di Lombok meski tidak meraih juara. Berbekal presentasi konyolku (mudah-mudahan pada lupa kisah kala itu hiiii), aku mulai berbenah untuk menghadapi final Inobel. Aku ingin menampilkan yang terbaik, tekatku. Syukur Alhamdulillah, aku bisa menjadi Pemenang II kategori IPSPB SMP Tahun 2018.
       Naahhhh.... berbekal pengalaman tersebut, aku mau membagi jurus jitu tembus juara Inobel yaaa..... Sejak Workshop Inobel diadakan, WA-ku tidak berhenti berdering, banyak yang minta tips juara Inobel... Padahal aku merasa kurang pantas, maklum khan masih juara 2, tetapi tak apalah, moga-moga tipsku ini bisa membuat teman-teman guru hebat se-Indonesia lebih semangat menghadapi final Inobel di Batu, Jawa Timur.... seminggu lagi...
         Jangan lupa mampir ke Malang ya.....!!!! Lumayan deket kok.... Kita bisa meet up bareng Inobelers 2018. He heheee...
         Untunglah, coretan feedback dewan juri IPSPB masih kusimpan sampai sekarang... Ada 5 lembar lhooo..., tapi ojo kawater wes tak rangkum kok (jangan kawatir udah aku rangkum). Ada yang ngomong kalau juri-juri IPSPB itu dasyat, superduper, dan hebat. Betul binggiiitttss... Mauuuuuttt lhoo.... sekali salah jawab.... ehhhmmm bakal dikejar sampai ke ujung dunia... bahkan ada yang diajak tepuk pramuka sampai 2 hari 2 malam atau suruh menggoyang-goyangkan media, berguguranlah harapan. Uppsss... heeehee... jangan takut duluan, Beliau-beliau tidak hanya sekadar menyalahkan, tapi juga akan memberi solusi. 
         Pada takut yaaa?????
         Guru-guru hebat yang sudah lolos final Inobel pasti mentalnya sudah setebal baja... Oke deh, simak jurus "PELANGI" tembus juara Inobel...
1. Fokus fokus trulala... 
Mirip jampi-jampi Masya di film "Masya and The Bear". Heeee...
Teman-teman sebaiknya memfokuskan penelitian pada satu hal saja, jangan mendua apalagi meniga... beraaattt...
misal fokus pada media saja atau strategi saja atau model saja atau pendekatan saja. Usahakan jangan dobel-dobel. Bingung nanti...
Kuasai betul-betul konten karya inobel kita. Teori harus mantap, ben pas ditakoni juri ora gelagapan (biar pas ditanya juri tidak grogi).
INgat yaa... Inobel ini lomba tingkat nasional, jangan sampai kita membuat media "Murahan" atau asal jadi. Media harus bisa digunakan berulang-ulang, itu pesan juri. Jangan lupa ngedit naskah sebelum dikirim, ejaan dan tanda baca  yang salah bisa jadi bumerang lhooo...
Pastikan penelitian kita menarik dan bermanfaat!
2. Expecto Patronum
Mantra khas Harry Potter ini digunakan untuk menghadapi Dementor yang tak mudah dikalahkan. 
Sama halnya dengan inobel, buatlah juri-juri itu terkesan dengan inovasi yang telah dibuat. Pastikan kita tahu positioning penelitian kita dibanding penelitian lain yang sejenis. Inovasi yang dibuat harus jelas. Juri itu tahu persis lho... Apakah inovasi yang kita buat itu berdasarkan problematika yang dihadapi atau inovasi itu dibuat sebelum adanya masalah, kayak dibuat-buat gitu....
Sebagai pembuktian, tentunya data-data penelitian/angket/instrumen penskoran/karya siswa/analisis data harus disiapkan. Ketika juri minta, tinggal tunjukkan saja. 
Ingat ya.. Inovasi yang diciptakan harus mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Semar Mesem
Ajian Jawa satu ini jangan sampai ketinggalan yaa... eeittsss jangan berpikir aneh-aneh dulu...
Jurus ini hendaknya dipakai ketika kita presentasi. Mesem (senyum) itu penting, tapi jangan senyum-senyum sendiri... nanti dikira gila...
Ketika presentasi, sebaiknya murah senyum apapun keadaannya. Mau kita dibantai atau disanjung, tetaplah tersenyum. Perhatikan "Unggah-Ungguh" terhadap juri. Juri itu juga menilai ketika peserta berdiri, berbicara, berbusana, bahkan diam dan memegang mic juga dinilai. 
Jangan sampai salah diksi... gunakan diksi ilmiah.... Masih ingat dulu ada yang selalu mengucapkan "rangsangan" heeee... juri langsung nyengir... gunakanlah diksi "Stimulus", dll.
Ingat yaa... Sopan santun itu wajib. Boleh ngeyel asal santun... Dengarkan masukan juri, jangan terbawa emosi yaaa.... Heheee... kontrol emosi... Suasana final itu melebihi sidang tesis, menurutku...
4. Jaka Sembung numpak becak
Pahami betul-betul pertanyaan juri, jangan sampai pertanyaannya tentang A, malah jawabannya B. Pastikan juga judul dan simpulan sinkron alias nyambung, alat ukur jelas, tdak membuat akronim "aneh-aneh" dan negatif. Banyak peserta yang menggunakan akronim yang dipaksakan.... contoh... Media Kolang.. (Komik Pelangi)... heheee... hindari yaa....
5. Doa tembus langit ketujuh
Ketika ikhtiyar sudah dilakukan, tinggallah memohon pada Allah SWT. Kepada-Nyalah Kita memohon yang terbaik.

Display pameran bisa cek dan ricek di akun fb dan ig-ku ya....

Naskah Inobel Nani Nurcahyani klik di sini.

INGAATTTT... JUARA ITU BONUS, ilmu, pengalaman,  dan persaudaraan yang kita dapatkan selama perlombaan itu yang utama.

Quote: "Orang yang sukses, bukanlah orang yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang mampu bangkit dari kegagalan untuk meraih kesuksesan yang tertunda"

Semoga apa yang saya bagi ini bermanfaat. Selamat berlomba....
Semoga juara......
Semangat yaa...
Salam Komik Pelangi

#Nani Nurcahyani
#SMPN 1 Tumpang
#Kabupaten Malang
#fb : Nani Bilqish
#ig : @pelangi1717








Sabtu, 09 Februari 2019

Serba-Serbi Adiwiyata

GERAKAN 6M PEDULI LINGKUNGAN DI SMP NEGERI 1 TUMPANG
MENUJU ADIWIYATA MANDIRI

Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd.
Sekretaris Adwiyata  SMP Negeri 1 Tumpang Kabupaten Malang
Email : nani.sumawe@gmail.com


Program adiwiyata merupakan program khusus yang harus dilaksanakan oleh pihak sekolah. Program ini menyatu dalam 8 Standar Nasional Pendidikan sehingga pada proses pelaksanaannya tetap menjadi satu-kesatuan yang utuh dan bulat sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, kepedulian terhadap lingkungan hidup yang menjadi inti dari program adiwiyata tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada tiap jenjang pendidikan di Indonesia.
Adiwiyata berasal dari kata Sansekerta yaitu ‘adi’ dan ‘wiyata’.  'Adi' bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna, sedangkan 'wiyata' bermakna tempat di mana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung maka secara keseluruhan maknanya adalah tempat yang baik dan ideal di mana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Program ini merupakan upaya menciptakan lingkungan yang asri dan bersih serta berperan aktif dalam memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Memberikan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan untuk diwariskan kepada  generasi yang akan datang. Oleh karena itu, sekolah SMPN 1 Tumpang diharapkan menjadi motor dalam upaya penyadaran masyarakat terutama generasi muda dalam menjaga lingkungan.
Kesadaran  manusia  terhadap  pelestarian lingkungan masih rendah. Hal ini terbukti  dengan  banyaknya  bencana  yang  terjadi  di  Indonesia  maupun  dunia.  Bencana ini terjadi karena faktor alam dan ulah manusia.  Perilaku yang dapat menyebabkan bencana, misal penggunaan listrik  dan  air  yang  berlebihan  dapat  mengakibatkan  berkurangnya  sumber  daya alam;  membuang  sampah  sembarangan  seperti di sungai,  jalan,  selokan menyebabkan  banjir,   sehingga  timbul  berbagai  macam  penyakit;  sampah  yang dibakar  juga  dapat mengakibatkan polusi udara dan tanah; dan jumlah kendaraan bermotor yang makin banyak dapat mengakibatkan  polusi udara.
Perkembangan  zaman  akibat  globalisasi  berpengaruh  terhadap  pelestarian alam dan  peradaban  manusia.  Kemajuan  teknologi pun  memunyai dampak  positif dan   negatif   terhadap   lingkungan.   Dampak   positif   kemajuan   teknologi   dapat dirasakan   dengan   semakin   majunya   peradaban   manusia,    misal   penggunaan internet  dan  gadget  dapat  dimanfaatkan  untuk  mengembangkan  ilmu  pengetahuan agar  bumi tetap  lestari.  Dampak  negatifnya  yaitu  menurunnya  peradaban  manusia untuk peduli terhadap lingkungan.
Berimtaq, berprestasi, berbudaya lingkungan, dan berwawasan global merupakan visi SMP  Negeri 1 Tumpang  yang merupakan  sekolah  adiwiyata  nasional menuju  mandiri.  Oleh sebab  itu, berbagai cara untuk  melestarikan lingkungan dilakukan oleh warga SMP  Negeri 1 Tumpang,  mulai siswa,  tenaga  pendidik,  tenaga  kependidikan,  komite,  orang  tua, dan  warga  sekitar  sekolah  ikut  berpartisipasi aktif dalam menyukseskan  program adiwiyata.
Tujuan program adiwiyata ini adalah untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja lainnya), sehingga upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan salah satu Program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Program ini digulirkan untuk mengajak warga sekolah berpartisipasi melestarikan dan menjaga lingkungan hidup disekolah dan lingkungan disekitarnya.
 SMP  Negeri 1 Tumpang memunyai motto Be Clean, Be Green, Be Smart, dan  Be  Higienis.  Pelestarian  lingkungan  dapat  dilakukan  dari  hal  kecilseperti membuang sampah sesuai jenisnya di tempat sampah. SMP Negeri 1 Tumpang memunyai    gerakan    peduli    lingkungan    yang    disebut    Gerakan    6M    peduli lingkungan   di   SMP   Negeri   1   Tumpang   yaitu   (1)   mendaur   ulang   sampah anorganik;  (2)  mengaktifkan  gerakan  jumat  bersih;  (3)  mematikan  listrik  setelah selesai  digunakan;  (4)  memanfaatkan  air  secukupnya;  (5)  mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, (6) melakukan  reboisasi.
Upaya yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Tumpang dalam menyukseskan adiwiyata mandiri, yaitu mendaur ulang sampah anorganik. Sampah-sampah anorganik yang masih dapat dimanfaatkan dipilih dan dipilah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Kader lingkungan kelompok kerja "Daur Ulang" mengolah sampah anorganik tersebut menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Sampah anorganik disulap menjadi baju daur ulang, tas, dompet, sandal, dan tempat tisu yang cantik. Hari Bumi tahun 2018 diperingati dengan mengadakan lomba kreasi dan fashion show baju daur ulang perkelas.
Upaya lain yaitu mengaktifkan gerakan jumat bersih sebelem jam pertama dimulai. Jumat pagi diawali dengan membaca surat yasin dan asmaul husna bersama-sama, kemudian membersihkan kelas dan taman masing-masing kelas. memilih dan memilah sampai menjadi agenda rutin tiap jumat.
Masalah yang dihadapi SMPN 1 Tumpang adalah penggunaan listrik dan air masih cukup tinggi karena jumlah siswa, guru dan tenaga kependidikan seribu orang lebih. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan dalam menghemat penggunaan air dan listrik dengan menempel slogan dan poster hemat air dan listrik. 
Tata tertib sekolah melarang siswa mengendarai sepeda motor ke sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi polusi udara. Mereka dianjurkan mengendarai sepeda ontel atau gunung ke sekolah. Mengendarai sepeda ontel atau gunung dapat membuat badan lebih sehat dan bugar.
Reboisasi yang telah dilakukan, di antaranya menanam pohon di Embung, Stadion Kahuripan Turen bersama Bapak Bupati Malang, menanam pohon Bakau di Pantai Malang Selatan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang juga menyumbang pohon, seperti duku, sukun, rambutan, dan beberapa jenis pohon lain kepada SMPN 1 Tumpang dan sekolah imbas. Pembibitan pun juga dilakukan di sekolah oleh kader lingkungan Kelompok Kerja "Pembibitan". Mulai penyiapan bahan dan alat sampai penananaman benih dan memindahkan bibit dilakukan secara kontinu.
Upaya yang telah dilakukan dalam pelestarian lingkungan bukannya tanpa hambatan. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan bukan hal mudah. Perlu waktu bertahun-tahun untuk menanamkan kesadaran kepada warga sekolah. Tim adiwiyata berjuang keras sejak tahun 2012 menjadi sekolah adiwiyata Kabupaten, 2013 menjadi sekolah adiwiyata provinsi, 2014 menjadi sekolah adiwiyata nasional. Sempat mati suri karena ada banyak hal yang menjadi hambatan, tetapi 2018 dan 2019 kami bangkit untuk menyukseskan adiwiyata mandiri. Tahun 2018 SMPN 1 Tumpang mengikuti lomba peduli lingkungan dan meraih juara I Lomba Environtment Rescuer Competition se-Malang Raya dan Pasuruan. Mereka tanpa lelah selalu mendengung-dengungkan kepedulian terhadap lingkungan di manapun dan kapanpun.
 Berdasarkan    paparan    di   atas   dapat   disimpulkan   bahwa   kesadaran masyarakat   terhadap    pelestarian   lingkungan   masih   rendah,    terbukti   dengan seringnya   terjadi   bencana. Pemerintah mencanangkan program adiwiyata di lingkungan sekolah untuk meminimalkan   bencana.   SMP   Negeri  1   Tumpang   sebagai  sekolah   adiwiyata nasional  memunyai  gerakan  peduli  lingkungan  yang  dimulai  hal  kecil  di  sekolah seperti membuang  sampah sesuai jenisnya di tempat sampah.  Gerakan 6M peduli lingkungan    tersebut    adalah    (1)    mendaur    ulang    sampah    anorganik;    (2) mengaktifkan   gerakan    jumat    bersih;    (3)    mematikan   listrik    setelah   selesai digunakan;   (4)   memanfaatkan   air   secukupnya;   (5)   mengurangi   penggunaan kendaraan bermotor, (6) melakukan  reboisasi.





Fb: Nani BilqishIg: @pelangi1717SMPN1TUMPANGTumpang, 9 Februari 2019


Selasa, 29 Januari 2019


MENJADI KEPALA PERPUSTAKAAN SEKOLAH IDEAL DI ERA DISRUPSI

Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd.
Kepala Perpustakaan SMP Negeri 1 Tumpang Kabupaten Malang
Email : nani.sumawe@gmail.com


 Doc; pribadi
Foto Penyerahan Hadiah Sebagai Penyaji Presentasi Terbaik oleh Prof. Dr. Djoko Saryono, 
Kepala Perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM)

Fenomena era disrupsi tidak dapat dianggap enteng karena dampak yang dirasakan begitu dasyat. Era disrupsi merupakan masa di mana informasi dari berbagai belahan dunia begitu mudahnya diakses bak tsunami yang menerjang daratan tanpa ampun. Informasi yang diterima hendaknya tidak langsung direaksi, perlu adanya filter supaya tahu informasi tersebut benar atau salah. Perpustakaan sekolah sebagai ‘jantung’ informasi di sekolah harus menjadi filter dalam menangkal informasi di era disrupsi. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sumber informasi dan sumber belajar dengan menyediakan berbagai bahan pustaka secara terus-menerus sesuai perkembangan zaman. Bahan pustaka yang disediakan di perpustakaan sekolah perlu diseleksi terlebih dahulu sebelum sampai ke tangan pembaca.
Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja yang mengemban tugas dalam mencerdaskan warga sekolah sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945. Pengelolaan perpustakaan sekolah pada umumnya masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan belum adanya tenaga pustakawan yang mampu mengelola perpustakaan sekolah dengan maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut, Literasipedia bekerja sama dengan Perpustakaan Universitas Negeri Malang dan SMK Negeri 3 Kota Malang mengadakan diklat manajemen perpustakaan bagi kepala perpustakaan dan/atau calon kepala perpustakaan sekolah bertempat di SMK Negeri 3 Kota Malang dan Perpustakaan Universitas Negeri Malang dilaksanakan pada 10 s.d. 20 Januari 2019 dengan pola 120 jam pendidikan dan pelatihan. Diklat ini diikuti oleh 61 guru dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Kalimantan. Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme kepala perpustakaan sekolah dalam memanajemen perpustakaan sekolah sebagai pusat informasi.
Kepala perpustakaan sekolah yang ideal harus mempunyai standar kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi kepala perpustakaan sekolah menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 adalah pustakawan yang memiliki kualifikasi akademik paling rendah adalah sarjana dalam bidang perpustakaan atau bidang lain dari perguruan tinggi terakreditasi. Kompetensi kepala perpustakaan sekolah meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dikuasai dan ditampilkan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Diklat kepala dan calon kepala perpustakaan yang diadakan Literasipedia Tahun 2019 diisi oleh pemateri handal yaitu Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd.; Drs. Darmono, M.Si.; AA Kosasih, S.Sos.; Setiawan, S.Sos. M.Ip.; Nining Nugrahini, S.E.; Drs. Nurhakim; Ali Mas’ud, S.Sos., M.M.; dan Moh. Syafii, S.Kom., M.Hum., dosen dan pustakawan Universitas Negeri Malang. Materi yang disampaikan yaitu wawasan kependidikan (perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar); manajemen strategis pengembangan perpustakaan sekolah; literasi informasi dan gerakan literasi nasional; penulisan karya ilmiah bidang perpustakaan; manajemen pengembangan koleksi; layanan perpustakaan sekolah dan jasa informasi, klasifikasi  dan katalogisasi bahan pustaka; teknologi informasi bahan pustaka; penilaian kinerja guru sebagai kepala perpustakaan; dan pengembangan minat baca. Selain materi In-House Training, juga ada materi On-Service Training dan evaluasi. Materi On-Service Training berupa studi banding ke Perpustakaan Universitas Negeri Malang dan praktik lapangan.
Tiap peserta diklat diwajibkan menyelesaikan tugas praktik lapangan berupa pembuatan rencana kerja perpustakaan sekolah, pengembangan koleksi, klasifikasi, katalogisasi, layanan perpustakaan, dan teknologi informasi. Pada 20 Januari 2019 diadakan tahap evaluasi berupa seminar pengelolaan perpustakaan sekolah dan presentasi laporan praktik lapangan di sekolah masing-masing peserta. Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd., kepala perpustakaan SMP Negeri 1 Tumpang, meraih penghargaan sebagai penyaji presentasi laporan terbaik pada diklat tersebut.
Menjadi kepala perpustakaan sekolah yang ideal harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi dalam memajemen perpustakaan sekolah. Kepala perpustakaan sekolah harus mampu mewujudkan visi dan misi perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi, pusat belajar, dan rekreasi warga sekolah; mencari solusi terhadap kendala yang dihadapi; dan menghindari kesalahan dalam memanajemen perpustakaan sekolah. Secara umum, perpustakaan sekolah harus menerapkan enam kategori umum dari prinsip manajemen yang bersifat terapan yaitu technical, commercial, financial, security, accounting, dan managerial; secara khusus, kegiatan manajemen perpustakaan sekolah harus menerapkan planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling (Darmono, 2013).
Kepala perpustakaan sekolah yang ideal harus mampu menjalankan fungsi perpustakaan sekolah sebagai pusat informasi, sumber belajar, dan sarana rekreasi warga sekolah di era disrupsi. Kepala perpustakaan sekolah dapat dibantu pustakawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Meskipun realita di lapangan, masih banyak sekolah yang tidak mempunyai kepala perpustakaan sekolah. Jangankan kepala perpustakaan, ruang perpustakaan yang ideal juga masih jarang sekolah yang memiliki. Pemerintah harus bekerja keras dalam upaya mewujudkan perpustakaan sekolah sebagai ‘jantung’ sekolah sehat bukan ‘koroner’. Satu dari beberapa solusi dalam memecahkan permasalahn tersebut adalah dengan mengikuti diklat kepala dan calon kepala perpustakaan. Selayaknya hal ini mendapat perhatian serius dari semua kalangan, termasuk kepala sekolah sebagai tampuk kepemimpinan di sekolah.






Tumpang, 29 Januari 2019
fb "Nani Bilqish"
ig @pelangi1717