Guru
Pinggiran Kabupaten Malang Belajar STEAM dan HOTS di China
Nani Nurcahyani (pertama dari kiri) bersama
Kepala Dirjen GTK, Dr. Praptono, M.Pd. (tengah)
Tuntutlah
ilmu sampai ke negeri China. Pepatah ini benar-benar dialami Nani Nurcahyani,
guru SMP Negeri 1 Tumpang, Kabupaten Malang. Bagai mendapat durian jatuh, perempuan
35 tahun ini terpilih menjadi peserta Pelatihan Guru ke Luar Negeri di Republik
Rakyat China yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Nani Nurcahyani, S.Pd., M.Pd.
adalah guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tumpang. Perempuan ini mendapat
kesempatan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru ke Luar Negeri di Republik
Rakyat China yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peserta diklat
berjumlah 50 guru berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia dan 2 staf
GTK. Nani sendiri terpilih setelah menjadi Juara II Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel)
Tingkat Nasional Tahun 2018. Diklat ini dilaksanakan pada 3-24 Maret 2019 berpusat
di China University of Mining and Technology (CUMT) yang berada di Kota Xuzhou
Provinsi Jiangsu.
Materi yang didapatkan di
diklat tersebut adalah STEM (Science Technology
Enginering Mathematic) dan HOTS (High
Order Thinking Skills). Jika di Indonesia sedang ‘booming’ tentang STEM, China
sudah lama mengaplikasikannya, bahkan menambah satu unsur lagi yaitu “A”
menjadi STEAM (Science Technology Enginering
Art Mathematic). Unsur ‘Art’ juga diprioritaskan dalam pembelajaran di
China. Bagaimana mereka mengajar tidak hanya dengan berbagai kecanggihan IT,
tetapi juga dengan seni, baik seni mengajar, berkarya, membuat produk, dan lain
sebagainya. Tak hanya itu, Pemerintah
China juga memberikan gambaran kemajuan pendidikan di China, baik kurikulum
maupun inovasi di sana.
Pendidikan STEAM di China
mencakup mata pelajaran, seni, robotik, edukasi kreatif, dan pendidikan
karakter. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat di China
memudahkan pemerintah China untuk mengaplikasikan pembelajaran berbasis STEAM. Pembelajaran
STEAM tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan pada ranah sains, teknologi,
engineering, dan matematika saja, tetapi juga pada pemanfaatan ilmu tersebut sebagai
basis pembelajaran dan pengembangan potensi siswa sehingga hardskill dan softkillnya seimbang.
Selain STEAM, penerapan HOTS tidak hanya
sekadar berpikir, tetapi juga belajar tentang proses berpikir tingkat tinggi
dan kreatif.
Saya tidak hanya mendapatkan
STEAM dan HOTS saja, ada hal yang begitu menonjol dari pendidikan di China
yaitu pendidikan karakter.
Selain kegiatan di kampus CUMT, peserta diklat juga diajak visitasi ke sekolah, kampus, perusahan robotik, dan pusat kebudayaan di China. Sekolah yang dikunjungi merupakan sekolah unggulan, seperti SD Wang Jie dan SMP Afiliasi CUMT. Kampus yang dikunjungi tidak hanya CUMt, tetapi ada Jiangsu Vocational Institute of Architecture Technology, Nanhu Campus, dan Mining Science Center. Perusahaan Robot IUIA yang dikunjungi bekerja sama dengan semua sekolah di Provinsi Jiangsu dalam membina ekstrakurikuler robotik. Sementara itu tempat wisata yang dieksplore di antaranya Forbidden City, Ziwey Academy, Oldtown Park, Confusious Cultural Park, Danlong Lake, Yunlong Lake, Pagoda, dan The Great Wall.
Selain kegiatan di kampus CUMT, peserta diklat juga diajak visitasi ke sekolah, kampus, perusahan robotik, dan pusat kebudayaan di China. Sekolah yang dikunjungi merupakan sekolah unggulan, seperti SD Wang Jie dan SMP Afiliasi CUMT. Kampus yang dikunjungi tidak hanya CUMt, tetapi ada Jiangsu Vocational Institute of Architecture Technology, Nanhu Campus, dan Mining Science Center. Perusahaan Robot IUIA yang dikunjungi bekerja sama dengan semua sekolah di Provinsi Jiangsu dalam membina ekstrakurikuler robotik. Sementara itu tempat wisata yang dieksplore di antaranya Forbidden City, Ziwey Academy, Oldtown Park, Confusious Cultural Park, Danlong Lake, Yunlong Lake, Pagoda, dan The Great Wall.
Saya bangga karena
disambut dengan upacara jamuan minum teh terbaik di China, layaknya menjamu
Presiden Obama.
Siswa di China sangat mandiri, kompetitif, dan adaptif. Pendidikan karakter
ditanamkan sejak kelas 1-3 SD dan hasilnya betul-betul dapat dilihat pada
kehidupan sehari-hari, mulai dating ontime, antre naik bus, meletakkan barang,
dan berbagai karakter baik lainnya. Kurikulum yang diimplementasikan di sana disesuaikan
dengan minat, bakat, dan kondisi siswa. Banyak hal yang dapat dipelajari dan
diterapkan di Indonesia. Jika China bisa, kenapa kita tidak? Satu pertanyaan
yang bisa kita jawab jika kita ‘mau’ berubah menuju pendidikan yang berkualitas.
Saya sangat bangga bisa
mewakili Kabupaten Malang. Meskipun saya guru pinggiran, saya bisa membuktikan
bahwa guru pinggiran juga mampu berprestasi di tingkat nasional.
Tantangan pembelajaran
abad 21 yang kini sedang didengung-dengungkan menjadi cambuk bagi perempuan
satu ini untuk terus berprestasi. Keterampilan yang harus dikuasai siswa yaitu
4C (Critical Thinking, Creative,
Communicative, Collaborative). Untuk menjawab tantangan tersebut, Nani
menciptakan media pembelajaran “Komik Pelangi” yang dapat diunduh di google
playstore. Ada beberapa prestasi yang sudah diraihnya, di antaranya juara II Inobel
Tingkat Nasional Tahun 2018, Juara 1 Olimpiade Guru Nasional (OGN) tingkat
provinsi, serta finalis OGN tingkat nasional tahun 2018. Pada peringatan Hardiknas
2 Mei lalu, dia mendapatkan penghargaan dari Bupati Malang di Stadion
Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
“Guru Mulia Karena Karya”,
kalimat Anies Baswedan ini membuat saya tersadar bahwa guru harus mempunyai
karya yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia. Guru Indonesia wajib
menjadi agen perubahan.